Kamis, 14 Juli 2011

Pertimbangan Pemberian Obat

Berdasarkan tingkatan usia dan perkembangan organ penderita, pemberian obat dapat menimbulkan respon yang tingkatannya berbeda-beda. Hal ini sesuai dengan karakteristik dalam perubahan fisiologi yang dialami penderita. Oleh karena itu perubahan terapi obat, terutama dalam dosis bagi :
  1. Neonatus
  2. Bayi, perlu dipertimbangkan aturan dosis yang tidak membuat bayi keracunan, mengingat  perkembangan organ belum matang.
  3. Orang lanjut usia , terjadi penurunan fungsi-fungsi organ, sehingga pemberian obat harus dilakukan hati -hati
  4. Wanita Hamil, penberian perlu dikontrol ketat selain karena perubahan fisiologis wanita hamil, juga ancaman bahaya teratogen kepada fetus yang dapat ditimbulkan dari obat.
Kondisi patologis penderita (keadaan karena sakit) juga berperanan terhadap efektifitas obat, disamping adanya faktor genetik dan toleransi.

Fokus dalam pertimbangan pemberian obat adalah membicarakan perubahan fisiologis, farmakokinetik, farmakodinamik, penderita dalam kaitannya dengan terapi obat, khususnya untuk pemakaian obat pada bayi, anak, lansia, wanita hamil dan kondisi sakit tertentu.

Penggunaan Obat Pada Bayi dan Anak

Mengingat belum matangnya fungsi organ pada anak, maka dosis obat perlu disesuaikan. Jaringan yang sedang tumbuh dengan cepat pada bayi dan anak kecil membuat lebih peka terhadap obat-obat tertentu, misalnya tetrasiklin yang diberikan pada trismester kehamilan terakhir dan masa kanak-kanak (<8 tahun) menyebabkan perubahan warna gigi yang permanen karena sifat mengendapnya pada jaringan tulang dan gigi yang sedang tumbuh dari janin dan kanak-kanak. Akibatnya terhambatnya pertumbuhan tulang serta gigi bertitik kuning kecoklatan dan lebih mudah berlubang atau caries. Sementara pada manusia dewasa hal tersebut tidak ada pengaruhnya.

Pemberian dosis anak dapat didasarkan pada 2 hal :

1. Dosis berdasarkan berat badan yaitu : Dosis obat dalam satuan mg/Kg BB/hari. Dosis yang diperlukan adalah dosis per mg/kg BB-nya atau menurut rumus dosis clark dosis anak dapat dihitung.

    BB anak X Dosis dewasa = Dosis anak-anak 60*)

   *) rata-rata BB dewasa manusia indonesia dalam kg

2. Dosis berdasarkan permukaan tubuh adalah :

    Luas permukaan tubuh X dosis dewasa= Dosis anak-anak

    1.73 m2

Luas permukaan tubuh anak dicari dengan nomogram berdasarkan potongan berat badan dan tinggi badan . Metoda ini sekarang paling sesuai untuk perhitungan dosis anak karena banyak fenomena fisik berkaitan dengan luas permukaan tubuh. Besarnya dosis anak sebagai persentase dari dosis dewasa dapat dilihat pada tabel : 



Pertimbangan yang dominan dalam menentukan dosis anak adalah kemampuan pada aspek farmakokinetika obat yang berbeda dengan dewasa yaitu mengenai tahapan absarpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi obat (ADME) hal ini dapat dijelaskan pada tabel berikut ini.


Penggunaan Obat Pada Lansia

Penggunaan obat pada kalangan lansia hampir mendapai 25 % dari semua obat-obatan, terutama karena penyakit kronik dan juga banyaknya penyakit dikalangan lansia. Terdapat beberapa perubahan fisiologis pada lansia berkaitan dengan proses penuaan dan ini mempengaruhi efektifitas dalam terapi obat.

Pemberian obat pad lansia , lebih baik digunakan dosis yang lebih rendah dari dosis dewasa. Berika dosis yang sederhana 1x sehari dan sediaan obat yang mudah ditelan (sirup atau tablet), bila perlu monitor kadar obat dalam serum lansia.



PENGGUNAAN OBAT PADA KEHAMILAN

Pada wanita hamil, respon farmakokinetik dan farmakodinamik dari obat dapat berubah karena adanya perubahan fisiologis wanita hamil yaitu


Kondisi fisiologi ibu hamil yang berubah dibandingkan keadaan wanita normal dari aspek farmakokinetik obat menimbulkan hal-hal berikut :

  1. Berkurangnya obat yang diikat albumin, menyebabkan meningkatnya fraksi bebas.
  2. Meningkatnya cairan tubuh membuat adanya pengenceran obat, sehingga obat tidak dapat diberikan dalam dosis yang lebih rendah
  3. Perubahan pada gastrointestinal. Obat yang diberikan peroral menampakkaan penurunan kadar puncak dan lama obat bekerja
  4. Berkurangnya ikatan obat dengan protein menyebabkan pengaruh jumlah dari obat yang ditransferke air susu, henya fraksi nobat bebas yang dapat ditransfer
  5. Perubahan enzimatikmembuat pengaruh efek obat yang lebih cepat, pertimbangkan kemungkinan terjadinya toksisitas.
Pemberian Obat Pada Kondisi Tertentu

Karena banyaknya jenis penyakit, maka dibatasi pada yang menyerang organ utama yang berkaitan dengan fungsi farmakinetik tubuh, seperti dapat dilihat pada tabel.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar